VERITAS 2/2 (Oktober 2001) 211-222
Gerakan Reformasi tidak hanya terjadi di Jerman, di mana Martin Luther mencetuskan 95 tesisnya pada 31 Oktober 1517. Negara-negara Eropa lainnya, seperti Skotlandia, juga terlibat dalam gerakan ini. Setiap negara memiliki tokoh reformasinya masing-masing yang berusaha agar gereja kembali berjalan sesuai dan berdasarkan otoritas firman Tuhan. Reformasi di Skotlandia sangat berkaitan erat dengan perkembangan politik di negara itu. Karena itu, untuk memahami reformasi di Skotlandia, maka pertama-tama kita perlu memahami situasi politik saat itu serta kaitannya dengan situasi di dalam gereja. Setelah itu, kita akan melihat bagaimana Knox menanggapi situasi politik di sekitarnya, baik secara lisan maupun tulisan. Pemaparan akan difokuskan secara khusus pada hal-hal praktikal di dalam gereja dan sakramen.
Perancis dan Inggris merupakan dua negara yang sangat berpengaruh dalam reformasi di Skotlandia. Untuk mengetahui situasi Skotlandia pada saat itu, penulis akan membahas pengaruh Perancis dan Inggris terhadap negara ini secara langsung maupun tidak langsung.1 Pembahasan akan dititikberatkan pada tokoh-tokoh pemerintah Perancis dan Inggris yang memiliki pengaruh besar dalam reformasi Skotlandia, khususnya terhadap apa yang diperjuangkan dan dinyatakan oleh John Knox. Tokoh-tokoh pemerintah Inggris dan Perancis yang memberi pengaruh terbesar dalam perkembangan reformasi Skotlandia, khususnya pada masa Knox, semuanya wanita, yaitu: Mary Tudor, Mary Stuart, dan Elizabeth.
Mary Tudor adalah putri Raja Inggris, Henry VIII, dan Catherine dari Aragon. Ia memanfaatkan relasinya dengan Gereja Roma Katolik untuk memantapkan posisinya sebagai Ratu Inggris.2 Oleh kaum Protestan, ia disebut "Bloody Mary", karena dalam usahanya merestorasi Katolikisme, ia telah membunuh dan memenjarakan banyak pemimpin Protestan. Untuk menghindari penganiayaan Mary Tudor, Knox pergi ke Swiss di mana ia bertemu John Calvin di Jenewa dan Bullinger (pengganti Zwingli) di Zurich. Pertemuan dengan kedua tokoh reformator itu semakin meneguhkannya untuk terus memerjuangkan reformasi di negaranya. Selama di pengasingan, ia menulis sebuah buku yang menyerang wanita-wanita yang memerintah di Eropa saat itu, yaitu "The First Blast of the Trumpet against the Monstrous Regiment of Women".
Mary Stuart
Mary Stuart adalah putri Raja Skotlandia, James V, dan Mary dari Guise, Perancis. Pada usianya yang keenam belas, ia adalah ratu dari tiga negara, yakni sebagai Ratu Perancis (karena ia menikahi Francis II, Raja Prancis, pada tahun 1558), menyandang gelar Ratu Skotlandia, dan Ratu Inggris (karena ia adalah cucu Henry VII, dan apabila sepupunya Elizabeth dinyatakan sebagai anak yang tidak sah oleh gereja, maka dialah yang berhak menyandang jabatan itu). 3 Setelah kematian suaminya, pada tahun 1961 Mary Stuart pindah ke Skotlandia dan menerima tawaran untuk menjadi Ratu Skotlandia. Ketika pertama kali tiba di Skotlandia, ia bersikeras untuk mengadakan misa di kapel pribadinya sehingga menimbulkan reaksi keras dari kaum Protestan, khususnya dari Knox.4
Knox bertemu dengan Mary Stuart sebanyak empat kali. Percakapan-percakapan di dalam pertemuan itu antara lain menyangkut sejauh mana sebenarnya otoritas yang dimiliki oleh seorang penguasa pemerintah dikaitkan dengan firman Allah dan otoritas Allah. Ratu Mary mempertanyakan mengapa Knox menganjurkan orang untuk memilih agama yang tidak direstui oleh ratu. Di hadapan ratu, dengan segala konsekuensi yang harus diterimanya, Knox tetap berpegang teguh pada kebenaran yang ia yakini berdasar pada otoritas firman Allah. Ia menyatakan bahwa agama yang benar tidak pernah didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh seorang penguasa. Seharusnya Mary Tudor belajar dari sejarah, di mana umat Allah selama di Mesir tidak pernah menganut agama dari Firaun, dan pada zaman Romawi, mereka juga tidak menganut agama kaisar Romawi.5
Elizabeth
Elizabeth adalah saudara tiri Mary Tudor, dan ia menggantikan Tudor setelah ia wafat pada tahun 1558. Ia menjadi musuh dari Mary Stuart dan posisinya terancam oleh Stuart karena menurut Gereja Katolik posisi Elizabeth tidaklah sah. Karena alasan yang sama seperti Mary Tudor, yang menjadi Katolik demi kepentingan dan kebutuhan politik, Elizabeth memilih untuk menganut Protestan. Sebagai seorang politisi, ia berusaha untuk merangkul semua pihak guna mendapat dukungan dari semua pihak.
Mary Tudor adalah salah seorang wanita yang dituju oleh Knox dalam bukunya, "The First Blast of the Trumpet Against the Monstrous Regiment of Wome". Sedangkan Elizabeth, oleh Knox, disebut sebagai "Debora".6
Meskipun buku itu sebenarnya ditujukan kepada saudara tirinya yang telah meninggal, Elizabeth tetap tidak menyukai tulisan Knox tersebut.
"Confound multitudes if we unfeignedly depend upon Him, where of heretofore we have had experience. But when we join hands with idolatry, both God's amicablepresence and comfortable defence leaveth us, and what shall then become of us? Alas, I fear that Experience shall teach us, to grief of many." (John Knox, The Reformation in Scotland [Edinburgh: The Banner of Truth Trust, 1982] 269 -- 270).
Ia menganggap bahwa tulisan itu didasarkan pada prejudis antiperempuan, dan itu berarti tulisan tersebut bisa diaplikasikan pada dirinya pula. Pada masa Elizabeth, Knox berharap ia dan rakyat Inggris mau menganut iman Reformed.7 Namun, buku itu telah menjadi kendala baginya untuk dapat diterima dan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Elizabeth.
John Knox
Kapan Knox dilahirkan tidak dapat kita ketahui setepat-tepatnya, namun menurut referensi Theodore Beza dan yang lainnya, dapat kita katakan bahwa ia lahir antara tahun 1513 hingga 1515.8 Setelah menyelesaikan studinya di sebuah sekolah lokal di Haddington, ia masuk ke St. Andrews, di mana John Major telah mengajar sejak 1531, dan ke Universitas Glasgow. Sama seperti kelahirannya, kita tidak memiliki bukti langsung tentang kelulusannya, karena itu kita tidak mengetahui kapan tepatnya Knox lulus dari universitas. Pada tahun 1543, Knox bertemu George Wishart,9 dan melalui karya Roh Kudus, ia bertobat ketika membaca Yohanes 17 yang berisi "Doa Imam Besar" Kristus bagi murid-murid-Nya dan bagi orang-orang yang percaya melalui kesaksian mereka. Dari isi pasal inilah muncul tema surat-surat, pamflet, dan khotbah-khotbah Knox: pertama, keselamatan Kristen hanya melalui iman kepada Yesus Kristus; kedua, orang Kristen dipanggil untuk melayani Kristus; ketiga, sebagai akibatnya, orang Kristen menjadi musuh dunia, namun mereka memiliki jaminan hidup yang kekal.10
Wishart dieksekusi oleh gereja di muka St. Andrews. Eksekusi ini memberi pengaruh yang dalam terhadap Knox. Lima minggu terakhir bersama Wishart telah mempersiapkannya untuk menjadi reformator pada masa mendatang. Dampak lain dari kematian Wishart terhadap Knox adalah hal itu menimbulkan kebencian yang besar terhadap kardinal dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
Setelah serangan terhadap St. Andrews tersebut, Knox melanjutkan pelayanannya di sana sebagai "Peniup Trompet Allah". Pada tahun 1547, Perancis merebut St. Andrews dan ia dikirim ke kapal-kapal.
Kemudian setelah dilepaskan pada tahun 1549, Knox melayani gereja-gereja di Inggris dan ditawari jabatan bishop, namun ia menolaknya. Pada tahun 1551, ia ditunjuk menjadi salah seorang pendeta kerajaan. Belakangan, ia melayani jemaat-jemaat di Jerman dan Swiss, dan sangat dipengaruhi oleh Calvin di Jenewa. Tahun 1559, ia kembali ke Skotlandia dan menolong rakyat dalam gerakan reformasi serta memertahankan iman Protestan. Selama perjuangannya melawan Mary Stuart, ia menerima pelayanan untuk jangka waktu yang singkat di St. Andrews dan melayani sebagai pendeta di Edinburgh hingga kematiannya pada tahun 1572.11
Rangkuman
Setelah mengamati situasi politik di Skotlandia, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang sejarah pada saat itu dan kehidupan pribadi Knox, penulis akan membahas pandangannya tentang reformasi praktikal gereja dan sakramen.
Reformasi Gereja dalam Hal-Hal Praktikal
Pandangan Knox tentang reformasi gereja dalam hal-hal praktikal direfleksikan dalam "Book of Discipline and the Scot Confession", namun dalam artikel ini penulis akan menguraikan pandangannya tentang isu ini sesuai dengan yang ia tulis dalam "Brief Exhortation to England" yang diselesaikan pada bulan Januari 1559.12
Knox memberikan nasihat khusus kepada Inggris untuk reformasi gereja mereka, dan mengawali nasihatnya itu dengan memberikan dasar yang biblikal, yakni bagaimana reaksi Allah terhadap perzinahan yang telah dilakukan Israel dan apa yang seharusnya dilakukan oleh umat Allah agar dapat diterima di hadirat Allah.13 Berikut ini adalah nasihat Knox yang didasarkan pada perspektif biblikalnya:
Di samping memertahankan aturan di antara para pengkhotbah dan kebutuhan gereja, nasihat ini juga dapat mencegah adanya pengkhotbah atau pendeta perorangan menjadi pendeta di banyak gereja, memeroleh gaji dari gereja-gereja tersebut, tetapi sangat jarang, bahkan tidak pernah pergi ke gereja-gereja itu. Knox ingin agar hal ini dihentikan dan membiarkan para pendeta memeroleh gaji yang sepantasnya.
Sekolah-sekolah harus didirikan di semua kota utama dengan tujuan untuk memelihara iman Protestan. Pengelolaan sekolah harus diserahkan kepada orang-orang yang berdedikasi dan terbeban untuk mendidik dan memperlengkapi orang-orang yang takut akan Tuhan.21 Sekolah-sekolah tersebut harus terbuka bagi siapa pun (semua kelas dalam masyarakat, tanpa perbedaan).
Sakramen
Knox yakin bahwa sakramen-sakramen dilaksanakan bagi orang percaya dan itu bukan sekadar tanda untuk menunjukkan perbedaan antara orang percaya dan yang tidak, namun juga memiliki makna untuk menyatakan iman kita sebagai anak-anak Allah. Manfaat sakramen adalah untuk memeteraikan jaminan janji-janji Allah di dalam hati orang percaya, dan untuk merefleksikan persekutuan kita sebagai tubuh Kristus dengan Sang Kepala, yaitu Yesus Kristus.22
1. Baptisan
Knox menyatakan bahwa melalui baptisan, kita dicangkokkan ke dalam Yesus Kristus dan dijadikan partisipan dalam keadilan-Nya, yang melalui-Nya dosa-dosa kita ditutupi dan diampuni.23 Tetapi itu tidak berarti bahwa tanda eksternal tersebut lebih berarti dibandingkan dengan iman orang percaya, "for be faith, and not be externall signes doith God purge oure hartis ...."24 Karena itu, ia tidak mau mengesampingkan unsur kerinduan yang benar dari orang tua yang telah dengan tulus meyakini baptisan Katolik sebagai baptisan yang sah. Ia tidak setuju dengan orang-orang yang berkata bahwa baptisan itu tidak sah. Ia yakin bahwa baptisan Katolik sah karena telah dilaksanakan di dalam nama Allah Tritunggal. Knox mengakui bahwa ada ketidakbenaran di dalam gereja, namun itu tidak membuat baptisan menjadi tidak sah. Roh Kudus telah bekerja untuk menyucikan baptisan itu.25 Knox yakin baptisan telah ditetapkan untuk dilaksanakan dengan elemen air, yang berarti, seperti air membasuh kekotoran tubuh di bagian luar, demikian juga darah Kristus, membersihkan bagian dalam diri kita dari ketidakbenaran dan racun dosa yang mematikan.26
2. Perjamuan Kudus
Knox tidak setuju dengan gagasan transsubstansiasi, yaitu bahwa Kristus benar-benar hadir di dalam roti dan air anggur. Ia mengatakan bahwa pokok persoalannya bukanlah hadir atau tidaknya Kristus di dalam roti dan air anggur, melainkan kehadiran-Nya di dalam diri orang percaya melalui iman. Knox percaya bahwa Kristus hadir secara spiritual di dalam elemen-elemen tersebut, dan karena itu, kita harus menerimanya dengan iman. Dengan kata lain, ketika Yesus berkata: "Inilah tubuh-Ku," tidak berarti bahwa Ia mengartikannya secara harfiah, namun dengan makna atau pemahaman sakramental.27
3. Pelaksanaan Sakramen yang Benar
Ada beberapa hal penting untuk pelaksanaan sakramen yang tepat yang harus diikuti dengan cermat:
4. Siapa yang Dapat Mengambil Bagian dalam Sakramen?
Baptisan
Baptisan dilakukan kepada anak-anak dari orang percaya dan juga kepada mereka yang telah cukup umur dan atas kebijaksanaan gereja. Dalam suratnya kepada Calvin, Knox menanyakan apakah anak-anak dari para penyembah berhala dan orang-orang yang diekskomunikasikan dapat menerima baptisan, atau harus menunggu hingga orang tua mereka bertobat dan menyerahkan diri mereka sendiri kepada gereja, ataukah hingga keturunan mereka itu memenuhi kualifikasi untuk meminta baptisan?29 Untuk isu ini, Knox berbeda pendapat dengan Calvin.30 Menurut penulis, alasan Knox adalah karena ia berada dalam proses memelihara disiplin di antara orang percaya selama masa reformasi gereja dan ia ingin menggunakan sakramen-sakramen sebagai sarana untuk mendisiplin umat Allah.
Perjamuan Kudus
Perjamuan Kudus hanyalah untuk orang percaya yang sejati yang dapat menguji diri sendiri, baik dalam hal iman juga dalam hal kewajiban mereka terhadap sesama. Karena itu, Knox yakin bahwa penting bagi orang-orang yang mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus untuk menguji diri mereka sendiri atau untuk diuji oleh pendeta agar mereka datang ke meja Tuhan sesuai dengan kehendak Allah.
Berkaitan dengan reformasi gereja dalam hal-hal praktikal, jelas sekali bahwa pendapat Knox sangat dipengaruhi oleh situasi pada masa itu. Namun, itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat mengaplikasikan prinsip-prinsipnya di dalam gereja kita saat ini. Ada beberapa prinsip yang dapat kita aplikasikan dan penulis berpendapat hal itu bisa selalu diaplikasikan berkaitan dengan reformasi di dalam gereja, yaitu:
Berkaitan dengan sakramen, ada beberapa prinsip yang dapat kita pelajari dari Knox, yaitu:
Akhirnya, di samping pandangan Knox tentang reformasi gereja dalam hal-hal praktikal dan sakramen, ada beberapa hal lain yang dapat kita pelajari dari pribadi Knox sendiri. Pertama, ia menggunakan firman Allah sebagai sumber dan standar dari argumentasi dan pendapatnya. Kedua, dengan menjadi "Peniup Trompet Allah", ia menjadi seorang nabi Allah yang berani mengatakan kebenaran di tengah-tengah dunia yang korup. Ia bukan hanya siap untuk berkata-kata bagi Allah di tengah-tengah kekorupan manusia, namun ia juga siap menghadapi konsekuensinya.
John Knox bukannya tanpa salah, namun ia telah berusaha untuk memenuhi panggilan dan misi Allah baginya di zamannya. Pada setiap zaman, ada pergumulan dan kebutuhannya sendiri. Apa pun pergumulan dan kebutuhan itu, firman Tuhan tetap harus menjadi tolok ukur tertinggi. Kini, giliran kita untuk menjadi "Peniup Trompet Allah" pada zaman ini. Sebagai penutup artikel ini, penulis mengutip doa Knox yang ia tulis pada bagian akhir nasihatnya kepada Inggris.
God the Father of our Lord Jesus Christ, by the power of his Holy Spirit so illuminate and so move your hartes, that clearly ye may see, and perfitly understand, how horrible hathe bene your fall from his veritie; how fearful and terrible it is to fall into his handes without hope of mercie; and what is that his unspeakable mercie which yet againe he offereth unto you; and that it may please his Eternal goodness to indue you with such wisdome, prudence, and fortitude, that seing his good plesur in his Word reveled, without all feare ye may follow the same, to the advancement of his glorie, to the consolation of his afflicted Church, and to your everlasting comfort, through our onely Mediator, Redeemer, Peacemaker, and Lawgever, Christ Jesus our Lord, whose Holy Spirit rely your hartes in his true feare. So be it.33 They who are about to receive it may receive it with benefit, there is no reason to doubt that this is a true consecration." (John Calvin, Institutes of the Christian Religion [ed. John T. McNeill; Philadelphia: Westminster, 1960] IV.xvii.39).