Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Rahmiati

Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja dalam Hal Praktikal dan Sakramen

VERITAS 2/2 (Oktober 2001) 211-222


PANDANGAN JOHN KNOX TENTANG REFORMASI GEREJA DALAM HAL PRAKTIKAL DAN SAKRAMEN

Pdt. DR. RAHMIATI TANUDJAJA

Gerakan Reformasi tidak hanya terjadi di Jerman, di mana Martin Luther mencetuskan 95 tesisnya pada 31 Oktober 1517. Negara-negara Eropa lainnya, seperti Skotlandia, juga terlibat dalam gerakan ini. Setiap negara memiliki tokoh reformasinya masing-masing yang berusaha agar gereja kembali berjalan sesuai dan berdasarkan otoritas firman Tuhan. Reformasi di Skotlandia sangat berkaitan erat dengan perkembangan politik di negara itu. Karena itu, untuk memahami reformasi di Skotlandia, maka pertama-tama kita perlu memahami situasi politik saat itu serta kaitannya dengan situasi di dalam gereja. Setelah itu, kita akan melihat bagaimana Knox menanggapi situasi politik di sekitarnya, baik secara lisan maupun tulisan. Pemaparan akan difokuskan secara khusus pada hal-hal praktikal di dalam gereja dan sakramen.

KETERKAITAN JOHN KNOX DENGAN LATAR BELAKANG HISTORIS DI SKOTLANDIA

Perancis dan Inggris merupakan dua negara yang sangat berpengaruh dalam reformasi di Skotlandia. Untuk mengetahui situasi Skotlandia pada saat itu, penulis akan membahas pengaruh Perancis dan Inggris terhadap negara ini secara langsung maupun tidak langsung.1 Pembahasan akan dititikberatkan pada tokoh-tokoh pemerintah Perancis dan Inggris yang memiliki pengaruh besar dalam reformasi Skotlandia, khususnya terhadap apa yang diperjuangkan dan dinyatakan oleh John Knox. Tokoh-tokoh pemerintah Inggris dan Perancis yang memberi pengaruh terbesar dalam perkembangan reformasi Skotlandia, khususnya pada masa Knox, semuanya wanita, yaitu: Mary Tudor, Mary Stuart, dan Elizabeth.

Mary Tudor adalah putri Raja Inggris, Henry VIII, dan Catherine dari Aragon. Ia memanfaatkan relasinya dengan Gereja Roma Katolik untuk memantapkan posisinya sebagai Ratu Inggris.2 Oleh kaum Protestan, ia disebut "Bloody Mary", karena dalam usahanya merestorasi Katolikisme, ia telah membunuh dan memenjarakan banyak pemimpin Protestan. Untuk menghindari penganiayaan Mary Tudor, Knox pergi ke Swiss di mana ia bertemu John Calvin di Jenewa dan Bullinger (pengganti Zwingli) di Zurich. Pertemuan dengan kedua tokoh reformator itu semakin meneguhkannya untuk terus memerjuangkan reformasi di negaranya. Selama di pengasingan, ia menulis sebuah buku yang menyerang wanita-wanita yang memerintah di Eropa saat itu, yaitu "The First Blast of the Trumpet against the Monstrous Regiment of Women".

Mary Stuart

Mary Stuart adalah putri Raja Skotlandia, James V, dan Mary dari Guise, Perancis. Pada usianya yang keenam belas, ia adalah ratu dari tiga negara, yakni sebagai Ratu Perancis (karena ia menikahi Francis II, Raja Prancis, pada tahun 1558), menyandang gelar Ratu Skotlandia, dan Ratu Inggris (karena ia adalah cucu Henry VII, dan apabila sepupunya Elizabeth dinyatakan sebagai anak yang tidak sah oleh gereja, maka dialah yang berhak menyandang jabatan itu). 3 Setelah kematian suaminya, pada tahun 1961 Mary Stuart pindah ke Skotlandia dan menerima tawaran untuk menjadi Ratu Skotlandia. Ketika pertama kali tiba di Skotlandia, ia bersikeras untuk mengadakan misa di kapel pribadinya sehingga menimbulkan reaksi keras dari kaum Protestan, khususnya dari Knox.4

Knox bertemu dengan Mary Stuart sebanyak empat kali. Percakapan-percakapan di dalam pertemuan itu antara lain menyangkut sejauh mana sebenarnya otoritas yang dimiliki oleh seorang penguasa pemerintah dikaitkan dengan firman Allah dan otoritas Allah. Ratu Mary mempertanyakan mengapa Knox menganjurkan orang untuk memilih agama yang tidak direstui oleh ratu. Di hadapan ratu, dengan segala konsekuensi yang harus diterimanya, Knox tetap berpegang teguh pada kebenaran yang ia yakini berdasar pada otoritas firman Allah. Ia menyatakan bahwa agama yang benar tidak pernah didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh seorang penguasa. Seharusnya Mary Tudor belajar dari sejarah, di mana umat Allah selama di Mesir tidak pernah menganut agama dari Firaun, dan pada zaman Romawi, mereka juga tidak menganut agama kaisar Romawi.5

Elizabeth

Elizabeth adalah saudara tiri Mary Tudor, dan ia menggantikan Tudor setelah ia wafat pada tahun 1558. Ia menjadi musuh dari Mary Stuart dan posisinya terancam oleh Stuart karena menurut Gereja Katolik posisi Elizabeth tidaklah sah. Karena alasan yang sama seperti Mary Tudor, yang menjadi Katolik demi kepentingan dan kebutuhan politik, Elizabeth memilih untuk menganut Protestan. Sebagai seorang politisi, ia berusaha untuk merangkul semua pihak guna mendapat dukungan dari semua pihak.

Mary Tudor adalah salah seorang wanita yang dituju oleh Knox dalam bukunya, "The First Blast of the Trumpet Against the Monstrous Regiment of Wome". Sedangkan Elizabeth, oleh Knox, disebut sebagai "Debora".6

Meskipun buku itu sebenarnya ditujukan kepada saudara tirinya yang telah meninggal, Elizabeth tetap tidak menyukai tulisan Knox tersebut.

"Confound multitudes if we unfeignedly depend upon Him, where of heretofore we have had experience. But when we join hands with idolatry, both God's amicablepresence and comfortable defence leaveth us, and what shall then become of us? Alas, I fear that Experience shall teach us, to grief of many." (John Knox, The Reformation in Scotland [Edinburgh: The Banner of Truth Trust, 1982] 269 -- 270).

Ia menganggap bahwa tulisan itu didasarkan pada prejudis antiperempuan, dan itu berarti tulisan tersebut bisa diaplikasikan pada dirinya pula. Pada masa Elizabeth, Knox berharap ia dan rakyat Inggris mau menganut iman Reformed.7 Namun, buku itu telah menjadi kendala baginya untuk dapat diterima dan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Elizabeth.

John Knox

Kapan Knox dilahirkan tidak dapat kita ketahui setepat-tepatnya, namun menurut referensi Theodore Beza dan yang lainnya, dapat kita katakan bahwa ia lahir antara tahun 1513 hingga 1515.8 Setelah menyelesaikan studinya di sebuah sekolah lokal di Haddington, ia masuk ke St. Andrews, di mana John Major telah mengajar sejak 1531, dan ke Universitas Glasgow. Sama seperti kelahirannya, kita tidak memiliki bukti langsung tentang kelulusannya, karena itu kita tidak mengetahui kapan tepatnya Knox lulus dari universitas. Pada tahun 1543, Knox bertemu George Wishart,9 dan melalui karya Roh Kudus, ia bertobat ketika membaca Yohanes 17 yang berisi "Doa Imam Besar" Kristus bagi murid-murid-Nya dan bagi orang-orang yang percaya melalui kesaksian mereka. Dari isi pasal inilah muncul tema surat-surat, pamflet, dan khotbah-khotbah Knox: pertama, keselamatan Kristen hanya melalui iman kepada Yesus Kristus; kedua, orang Kristen dipanggil untuk melayani Kristus; ketiga, sebagai akibatnya, orang Kristen menjadi musuh dunia, namun mereka memiliki jaminan hidup yang kekal.10

Wishart dieksekusi oleh gereja di muka St. Andrews. Eksekusi ini memberi pengaruh yang dalam terhadap Knox. Lima minggu terakhir bersama Wishart telah mempersiapkannya untuk menjadi reformator pada masa mendatang. Dampak lain dari kematian Wishart terhadap Knox adalah hal itu menimbulkan kebencian yang besar terhadap kardinal dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Setelah serangan terhadap St. Andrews tersebut, Knox melanjutkan pelayanannya di sana sebagai "Peniup Trompet Allah". Pada tahun 1547, Perancis merebut St. Andrews dan ia dikirim ke kapal-kapal.

Kemudian setelah dilepaskan pada tahun 1549, Knox melayani gereja-gereja di Inggris dan ditawari jabatan bishop, namun ia menolaknya. Pada tahun 1551, ia ditunjuk menjadi salah seorang pendeta kerajaan. Belakangan, ia melayani jemaat-jemaat di Jerman dan Swiss, dan sangat dipengaruhi oleh Calvin di Jenewa. Tahun 1559, ia kembali ke Skotlandia dan menolong rakyat dalam gerakan reformasi serta memertahankan iman Protestan. Selama perjuangannya melawan Mary Stuart, ia menerima pelayanan untuk jangka waktu yang singkat di St. Andrews dan melayani sebagai pendeta di Edinburgh hingga kematiannya pada tahun 1572.11

Rangkuman

Setelah mengamati situasi politik di Skotlandia, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Perkembangan reformasi di Skotlandia bergantung pada siapa yang berkuasa pada saat itu.
  2. Berkaitan dengan kasus Mary Stuart dan Elizabeth, kita dapat melihat bagaimana gereja dan negara berusaha untuk saling menyenangkan satu sama lain. Gereja yang dapat bekerja sama dengan penguasa akan memiliki kuasa yang besar, demikian pula halnya dengan penguasa yang dapat bekerja sama dengan gereja akan mendapatkan dukungan yang besar bagi kekuasaannya.
  3. Kekuasaan besar yang dimiliki gereja tampaknya disalahgunakan oleh pemimpin gereja saat itu dengan menggunakan otoritas seorang pemimpin sebagai standar untuk menilai suatu situasi, menggantikan Alkitab. Keputusan-keputusan diambil secara pragmatis, yaitu berdasarkan apa yang menguntungkan atau bermanfaat bagi gereja dan penguasa, bukan berdasarkan kebenaran firman Tuhan.

PANDANGAN JOHN KNOX TENTANG REFORMASI GEREJA DALAM HAL-HAL PRAKTIKAL DAN SAKRAMEN

Berdasarkan latar belakang sejarah pada saat itu dan kehidupan pribadi Knox, penulis akan membahas pandangannya tentang reformasi praktikal gereja dan sakramen.

Reformasi Gereja dalam Hal-Hal Praktikal

Pandangan Knox tentang reformasi gereja dalam hal-hal praktikal direfleksikan dalam "Book of Discipline and the Scot Confession", namun dalam artikel ini penulis akan menguraikan pandangannya tentang isu ini sesuai dengan yang ia tulis dalam "Brief Exhortation to England" yang diselesaikan pada bulan Januari 1559.12

Knox memberikan nasihat khusus kepada Inggris untuk reformasi gereja mereka, dan mengawali nasihatnya itu dengan memberikan dasar yang biblikal, yakni bagaimana reaksi Allah terhadap perzinahan yang telah dilakukan Israel dan apa yang seharusnya dilakukan oleh umat Allah agar dapat diterima di hadirat Allah.13 Berikut ini adalah nasihat Knox yang didasarkan pada perspektif biblikalnya:

  1. Langkah pertama untuk mereformasi gereja adalah pertobatan di dalam gereja itu sendiri.14
  2. Kita tidak boleh mengizinkan orang-orang yang tidak dipanggil oleh Allah dan yang tidak memiliki pengertian yang benar tentang firman Allah serta tidak menundukkan diri mereka sendiri kepada firman Allah, ditempatkan dalam posisi apa pun di antara jemaat Kristus.15
  3. Knox memberi peringatan atas penyalahgunaan-penyalahgunaan yang diakibatkan oleh adanya pendeta yang memegang jabatan rangkap di beberapa gereja. Setiap pendeta harus memegang satu jabatan dan berhak memeroleh gaji tetap yang cukup. Seorang pendeta tidak bebas untuk berkhotbah di mana pun ia mau, namun hanya di tempat-tempat di mana mereka telah ditugaskan oleh gereja, karena hanya dengan cara inilah kebutuhan akan adanya pengkhotbah di seluruh gereja di Inggris akan terpenuhi.16

Di samping memertahankan aturan di antara para pengkhotbah dan kebutuhan gereja, nasihat ini juga dapat mencegah adanya pengkhotbah atau pendeta perorangan menjadi pendeta di banyak gereja, memeroleh gaji dari gereja-gereja tersebut, tetapi sangat jarang, bahkan tidak pernah pergi ke gereja-gereja itu. Knox ingin agar hal ini dihentikan dan membiarkan para pendeta memeroleh gaji yang sepantasnya.

  1. Knox mengusulkan agar seorang pendeta tidak dibebani lebih dari yang ia bisa lakukan dalam memberitakan Kristus. Dalam hal ini, ia sebenarnya sedang berbicara tentang pembagian yang pantas dari keuskupan, yakni pembagian itu seharusnya dalam ukuran yang sesuai dengan yang bisa dikelola oleh para bishop sehingga mereka dapat memenuhi tanggung jawab secara efektif sebagai pelayan Allah bagi umat-Nya.17
  2. Pendeta harus memberitakan Kristus yang disalibkan berdasarkan kebenaran firman Allah, jangan hanya sekadar membaca bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya atau Mazmur tertentu berulang kali.18
  3. Para pendeta tidak perlu terlibat dalam urusan-urusan sipil, kecuali apabila ada kebutuhan di mana hakim sipil dan para pendeta perlu bersepakat untuk tujuan pelaksanaan disiplin. Knox yakin jika iman yang benar telah ditegakkan sebagaimana mestinya dan kontroversi berhenti, para pendeta tidak perlu lagi menghadiri Parlemen.19
  4. Disiplin gereja yang telah ditegakkan sesuai dengan firman Allah harus dilaksanakan tanpa memandang muka. Dengan perkataan lain, disiplin gereja harus diaplikasikan kepada setiap orang tanpa ada pengecualian.20

Sekolah-sekolah harus didirikan di semua kota utama dengan tujuan untuk memelihara iman Protestan. Pengelolaan sekolah harus diserahkan kepada orang-orang yang berdedikasi dan terbeban untuk mendidik dan memperlengkapi orang-orang yang takut akan Tuhan.21 Sekolah-sekolah tersebut harus terbuka bagi siapa pun (semua kelas dalam masyarakat, tanpa perbedaan).

Sakramen

Knox yakin bahwa sakramen-sakramen dilaksanakan bagi orang percaya dan itu bukan sekadar tanda untuk menunjukkan perbedaan antara orang percaya dan yang tidak, namun juga memiliki makna untuk menyatakan iman kita sebagai anak-anak Allah. Manfaat sakramen adalah untuk memeteraikan jaminan janji-janji Allah di dalam hati orang percaya, dan untuk merefleksikan persekutuan kita sebagai tubuh Kristus dengan Sang Kepala, yaitu Yesus Kristus.22

1. Baptisan

Knox menyatakan bahwa melalui baptisan, kita dicangkokkan ke dalam Yesus Kristus dan dijadikan partisipan dalam keadilan-Nya, yang melalui-Nya dosa-dosa kita ditutupi dan diampuni.23 Tetapi itu tidak berarti bahwa tanda eksternal tersebut lebih berarti dibandingkan dengan iman orang percaya, "for be faith, and not be externall signes doith God purge oure hartis ...."24 Karena itu, ia tidak mau mengesampingkan unsur kerinduan yang benar dari orang tua yang telah dengan tulus meyakini baptisan Katolik sebagai baptisan yang sah. Ia tidak setuju dengan orang-orang yang berkata bahwa baptisan itu tidak sah. Ia yakin bahwa baptisan Katolik sah karena telah dilaksanakan di dalam nama Allah Tritunggal. Knox mengakui bahwa ada ketidakbenaran di dalam gereja, namun itu tidak membuat baptisan menjadi tidak sah. Roh Kudus telah bekerja untuk menyucikan baptisan itu.25 Knox yakin baptisan telah ditetapkan untuk dilaksanakan dengan elemen air, yang berarti, seperti air membasuh kekotoran tubuh di bagian luar, demikian juga darah Kristus, membersihkan bagian dalam diri kita dari ketidakbenaran dan racun dosa yang mematikan.26

2. Perjamuan Kudus

Knox tidak setuju dengan gagasan transsubstansiasi, yaitu bahwa Kristus benar-benar hadir di dalam roti dan air anggur. Ia mengatakan bahwa pokok persoalannya bukanlah hadir atau tidaknya Kristus di dalam roti dan air anggur, melainkan kehadiran-Nya di dalam diri orang percaya melalui iman. Knox percaya bahwa Kristus hadir secara spiritual di dalam elemen-elemen tersebut, dan karena itu, kita harus menerimanya dengan iman. Dengan kata lain, ketika Yesus berkata: "Inilah tubuh-Ku," tidak berarti bahwa Ia mengartikannya secara harfiah, namun dengan makna atau pemahaman sakramental.27

3. Pelaksanaan Sakramen yang Benar

Ada beberapa hal penting untuk pelaksanaan sakramen yang tepat yang harus diikuti dengan cermat:

  1. Sakramen harus dilaksanakan oleh para pendeta yang sah secara hukum, dan kita menyatakan bahwa orang-orang ini telah ditetapkan untuk memberitakan firman, yaitu orang-orang yang kepadanya Allah telah memberikan kuasa untuk memberitakan Injil, dan yang dipanggil secara hukum oleh beberapa gereja.
  2. Sakramen harus dilaksanakan dengan menggunakan elemen dan dengan cara yang telah ditetapkan Allah. Jika tidak, maka sakramen itu bukan sakramen Yesus Kristus.
  3. Apabila sakramen dilaksanakan dengan tepat, maka adalah esensial bahwa tujuan dari institusi sakramen tersebut harus dimengerti, tidak hanya oleh pendeta, tetapi juga oleh orang yang menerimanya.28

4. Siapa yang Dapat Mengambil Bagian dalam Sakramen?

Baptisan

Baptisan dilakukan kepada anak-anak dari orang percaya dan juga kepada mereka yang telah cukup umur dan atas kebijaksanaan gereja. Dalam suratnya kepada Calvin, Knox menanyakan apakah anak-anak dari para penyembah berhala dan orang-orang yang diekskomunikasikan dapat menerima baptisan, atau harus menunggu hingga orang tua mereka bertobat dan menyerahkan diri mereka sendiri kepada gereja, ataukah hingga keturunan mereka itu memenuhi kualifikasi untuk meminta baptisan?29 Untuk isu ini, Knox berbeda pendapat dengan Calvin.30 Menurut penulis, alasan Knox adalah karena ia berada dalam proses memelihara disiplin di antara orang percaya selama masa reformasi gereja dan ia ingin menggunakan sakramen-sakramen sebagai sarana untuk mendisiplin umat Allah.

Perjamuan Kudus

Perjamuan Kudus hanyalah untuk orang percaya yang sejati yang dapat menguji diri sendiri, baik dalam hal iman juga dalam hal kewajiban mereka terhadap sesama. Karena itu, Knox yakin bahwa penting bagi orang-orang yang mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus untuk menguji diri mereka sendiri atau untuk diuji oleh pendeta agar mereka datang ke meja Tuhan sesuai dengan kehendak Allah.

KESIMPULAN

Berkaitan dengan reformasi gereja dalam hal-hal praktikal, jelas sekali bahwa pendapat Knox sangat dipengaruhi oleh situasi pada masa itu. Namun, itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat mengaplikasikan prinsip-prinsipnya di dalam gereja kita saat ini. Ada beberapa prinsip yang dapat kita aplikasikan dan penulis berpendapat hal itu bisa selalu diaplikasikan berkaitan dengan reformasi di dalam gereja, yaitu:

  1. Pertobatan yang Knox katakan menuntut dua hal: pertama, memuliakan Allah dengan benar dapat membawa kita kepada kemurnian yang dituntut oleh firman-Nya. Kedua, kita harus yakin bahwa kita berada dalam agama yang benar yang disetujui oleh Allah sendiri sehingga itu dapat diaplikasikan kepada semua orang.31
  2. Para pemimpin gereja seharusnya adalah orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah dan tunduk kepada firman Allah dalam melakukan tugasnya. Dengan perkataan lain, seorang pemimpin haruslah seseorang yang tahu apa yang ia harus lakukan sesuai dengan panggilannya.
  3. Kita harus menegakkan administrasi yang baik dalam pemerintahan gereja, sehingga pekerjaan Allah dapat dilakukan dengan efektif. Karena tidak ada orang yang sempurna, maka sangatlah baik jika ada aturan-aturan yang dapat mencegah seseorang menjadi pemimpin absolut dalam pemerintahan gereja, bukan hanya sekadar melakukan apa pun yang ia ingin lakukan.
  4. Para pelayan harus komit kepada pemberitaan Injil atau firman Allah.
  5. Tidak boleh ada pengecualian dalam melaksanakan disiplin gereja, dan disiplin ini harus dilandaskan pada firman Allah.
  6. Penting bahwa semua orang percaya memiliki akses untuk mempelajari iman kekristenan yang benar.

Berkaitan dengan sakramen, ada beberapa prinsip yang dapat kita pelajari dari Knox, yaitu:

  1. Sakramen bukanlah sarana untuk memeroleh keselamatan, namun sarana kasih karunia yang melaluinya, kita, sebagai orang percaya, mengakui iman kita dengan cara mengambil bagian di dalamnya. Sakramen itu adalah meterai dari janji-janji Allah di dalam Yesus Kristus bagi kita. Dengan kata lain, sakramen itu memang bukan sarana yang melaluinya keselamatan dapat diperoleh, kendati demikian, sakramen juga lebih dari sekadar simbol-simbol.
  2. Knox memiliki pandangan serupa dengan Calvin mengenai relasi antara firman Allah dan sakramen. Penting bahwa praktik-praktik sakramen dijelaskan oleh firman Allah, sehingga orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya (pelayan dan penerima) memiliki pemahaman yang benar tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan mereka melakukannya sesuai dengan firman Allah.32

Akhirnya, di samping pandangan Knox tentang reformasi gereja dalam hal-hal praktikal dan sakramen, ada beberapa hal lain yang dapat kita pelajari dari pribadi Knox sendiri. Pertama, ia menggunakan firman Allah sebagai sumber dan standar dari argumentasi dan pendapatnya. Kedua, dengan menjadi "Peniup Trompet Allah", ia menjadi seorang nabi Allah yang berani mengatakan kebenaran di tengah-tengah dunia yang korup. Ia bukan hanya siap untuk berkata-kata bagi Allah di tengah-tengah kekorupan manusia, namun ia juga siap menghadapi konsekuensinya.

John Knox bukannya tanpa salah, namun ia telah berusaha untuk memenuhi panggilan dan misi Allah baginya di zamannya. Pada setiap zaman, ada pergumulan dan kebutuhannya sendiri. Apa pun pergumulan dan kebutuhan itu, firman Tuhan tetap harus menjadi tolok ukur tertinggi. Kini, giliran kita untuk menjadi "Peniup Trompet Allah" pada zaman ini. Sebagai penutup artikel ini, penulis mengutip doa Knox yang ia tulis pada bagian akhir nasihatnya kepada Inggris.

God the Father of our Lord Jesus Christ, by the power of his Holy Spirit so illuminate and so move your hartes, that clearly ye may see, and perfitly understand, how horrible hathe bene your fall from his veritie; how fearful and terrible it is to fall into his handes without hope of mercie; and what is that his unspeakable mercie which yet againe he offereth unto you; and that it may please his Eternal goodness to indue you with such wisdome, prudence, and fortitude, that seing his good plesur in his Word reveled, without all feare ye may follow the same, to the advancement of his glorie, to the consolation of his afflicted Church, and to your everlasting comfort, through our onely Mediator, Redeemer, Peacemaker, and Lawgever, Christ Jesus our Lord, whose Holy Spirit rely your hartes in his true feare. So be it.33 They who are about to receive it may receive it with benefit, there is no reason to doubt that this is a true consecration." (John Calvin, Institutes of the Christian Religion [ed. John T. McNeill; Philadelphia: Westminster, 1960] IV.xvii.39).

  1. "The kingdom of Scotland, to the north of England had traditionally followed the policy of seeking the support of France against the English, who frequently invaded its territories." (Justo L. Gonzalez, The Story of Christianity[San Francisco: Harper & Row, 1985] II.80). Mary Tudor confound multitudes if we unfeignedly depend upon Him, where of here to fore we have had experience. But when we join hands with idolatry, both God's amicable presence and comfortable defence leaveth us, and what shall then become of us? Alas, I fear that Experience shall teach us, to grief of many.'" (John Knox, The Reformation in Scotland [Edinburgh: The Banner of Truth Trust, 1982] 269-270).
  2. "Mary had always been a Catholic, for in her experience the movement of reformation had begun with her own dishonor in her youth, when she had been declared an illegitimate child. Further more, if Henry had been correct in proclaiming himself head of the church and his marriages to Catherine null and void, Mary was a bastard, and her right to succession was in doubt. There fore, for reasons both of conviction and political necessity, Mary was committed to the goal of restoring Roman Catholicism in England." (Ibid. 76).
  3. "If the head of the church of England was the pope, and the king, it followed that the marriage of Henry VIII with Catherine of Aragon was valid, and that Elizabeth, born from Anne Boleyn while Catherine still lived, was illegitimate." (Gonzalez,The Story of Christianity II.78).
  4. "The next Sunday (31st August 1561), John Knox, inveighing against idolatry, showed what terrible plagues God had taken on realms and nations for the same,and added: 'One Mass'-there were no more suffered at the first-is more fearful to me than if ten thousand armed enemies were landed in any part of the realm of purpose to suppress the true Religion. In our God there is strength to resist and Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja.
  5. "Queen Mary:'But yet ye have taught the people to receive another religion than their Princes can allow. How can that doctrine be of God, seeing that God commandeth subjects to obey their Princes?' John Knox:'Madam, as right religion took neither original strength nor authority from worldly princes, but from the Eternal God alone, so are not subjects bound to frame their religion according to the appetites of their Princes .... If all the seed Abraham should have been of the religion of Pharaoh, to whom they were long subjects, I pray you, Madam, what religion should there have been in the world? Or, if all men in the days of Apostles should have been of the religion of Roman Emperors, what religion should there have been upon the face of the earth?" (Ibid. 277).
  6. Albert H. Freundt, Jr., Classnotes for the Courses History of Christianity I and II (Jackson: RTS, 1989) 159.
  7. Richard L. Greaves, Theology and Revolution in the Scottish Reformation(Grand Rapids: Christian University Press, 1980) 61.
  8. W. S. Reid, Trumpeter of God (New York: Charles Scribner's Sons, 1974) 15.
  9. "Wishart, who was related to the Wishart of Pitarrow, Aberdeenshire, and may have been the brother of the justice clerk of James V, graduated from Louvain in1532, first out of 118 determinants. He then returned to Scotland where he taught Greek in Erskine of Dun's school in Montrose. As his views aroused the opposition of the church authorities he left for Scotland where again he got into trouble by preaching in Bristol against the various Roman Catholic practices." (Ibid. 27).
  10. Ibid. 25. Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja.
  11. M. Charles Bell, Calvin and Scottish Theology (Edinburgh: Handsel, 1985) 41.
  12. "Mary Tudor had died, and Knox, in Geneva, was anxious that Elizabeth and the English people embrace the Reformed faith. He was preparing to return to Scotland to aid the Reformed movement at the request of the Earl of Glencairn, LordJames, Erskine of Dun, and others. It must have been an exciting moment for Knox, for there was renewed hope that both nations might embrace Protestantism." (Greaves, Theology and Revolution in the Scottish Reformation 60 -- 61).
  13. "How long and how paciently dyd God fight against this their rebellion, is easy to be understand by the histories and Prophets; but how severe, in the end,were the plagues and juste vengeance powered upon the Kinges, Princes, and people, dyd verie Ethnickes them selves give testimonie and record. Their land and cities were spoyled, burnt, and left desolate; women for hunger compelled to eate their owne children. Oft were they brought in thraldome and subjection of strangers; and finally, the glorie of the Lord was removed from his sanctuarie, which he him selfe dyd sweare that he woulde prophane by reason of their great abominations. (4 King6; Ezech. 9; Jere. 39) And so he dyd; for it was brent, the vessels and ornaments of it cayed to Babylon; the whole Nobilitie of Juda and the Kinges sonnes were kylled in his owne presence; after whiche most miserable sight, his owne eies sere put out, heled to Babylon, where he remayned prisoner until his death. Those that departed to Egypt, dyd never returne agayne to Jerusalem, but perished most miserablie, as the Prophet dyd threaten." (David Laing, The Works of John Knox [New York: AMS, 1966] V.512-513).
  14. "This is the glasse, this is the mirror, O England! in whiche I woulde that dayly thou shuldest behold what shalbe the final end of those that do abuse the long sufferinge of God, most mercifully calling all to repentance. Yf thou shalt thinke thyself pure and cleane from any of the crimes which before is noted in that people,alas! thou shalt declare thyself more then impudent." (Ibid. 513).
  15. "In the name of the Lorde Jesus, I require of you, that no dumme dogg, no poisoned, and pestilent Papist, none who before hath persecuted God's children, orobstinately maintained idolatrie, be placed above the people of God, to infect and poison (for other profet they shal do none) the soules of those whome Christ Jesus hathe redeemed with hispretious blood." (Ibid. 518). Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja.
  16. Theology and Revolution in the Scottish Reformation 61.
  17. "Let no man be charged, in preaching of Christ Jesus, above that which one man may do; I men that your bishoprikes be so divided, that of every one as they be nowe (for the most part) be made ten; and so in every citie and great towne there may be placed a godly learned man, with so many joyned with him, for preaching and instruction, as shalbe thoght sufcient for the bondes committed to their change. The utilite where of you shal understand, within few yeares, greatly to redounde to the profit of the simple flocke. For your prowde prelates great dominions and charge(impossible by one man to discharged) are no parte of Christ's ministerie, but are the maintenance of the tyrannie first invented, and yet reteyned by the Roman Antichrist." (Laing, The Works of John Knox V.519).
  18. "Christ Jesus himself, his holy Apostles, and the elected vessel, Paul, do teach us another lesson, all commanding us to preach, to preach, and that to preach Christ Jesus crucified, &c. What efficacie hath the lyvinge voice above the bare letter red,the hungry and thirstie do feele to their comfort. But the other maketh for Master Parson's purpose, who reteining in his handes a nombre benefices, appointeth suchein his place as are all together destitute of the gifte of preaching. But let all suche belly-gods be whypt out of God's holy temple." (Ibid.).
  19. Ibid.
  20. Ibid.
  21. Ibid. 520; Greaves, Theology and Revolution in the Scottish Reformation 61.
  22. Laing, The Works of John Knox II.113 -- 114.
  23. Ibid. 114.
  24. Laing, The Works of John Knox IV.120.
  25. Ibid. 121. Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja 219
  26. Ibid. 188.
  27. "For it is not his presence in the bread that can save us, but his presence in our hartis through faith in his blude .... For in the Sacrament we receave Jesus Chryst spirituallie, as did the Fatheris of the Old Testament, according to St. Paulis saying (ICor. 11). And yf men wald weill wey, how that Chryst, ordeyning this Halie Sacrament of his bodie and blude, spak theis wordis Sacramentallie, doutless thai woldnever so grosslie and foolischlie understand thame ...." (Laing, The Works of John KnoxIII.73-75).
  28. Arthur C. Cochrane, Reformed Confessions of the 16th Century (Philadelphia: Westminster, 1976) 180-181.
  29. Laing, The Works of John Knox VI.76.
  30. "In August 1559 Knox wrote to Calvin inquiring whether the bastard children of idolaters and excommunicated persons should be baptized. Knox's position was negative, but he was criticized on this point by Catholics and Protestants a like. Calvin had taken a similar position to Knox's in the Institutes, but his reply to Knox urged the Scottish reformer to allow such children to be baptized if they had suitable sponsors who would promise to provide them with a Christian education." (Greaves,Theology and Revolution in the Scottish Reformation 90 -- 91). Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja
  31. Laing, The Works of John Knox V.515.
  32. "The right administering of the Sacrament cannot stand apart from the Word. For whatever benefit may come to us from the Supper requires the Word: whether we are confirmed in faith, or exercised in confession, or aroused to duty, there isneed of preaching .... If the promises are recited and the mystery declared, so that.
  33. Laing, The Works of John Knox V.522.

Post new comment